Seiring dengan kompetisi global, inovasi teknologi dan perubahan-perubahan dalam proses bisnis dewasa ini banyak perusahaan mulai menekankan manajemen biaya stratejik untuk keberhasilan bisnisnya. Hal ini menyebabkan manajemen biaya terutama perusahaan manufaktur menjadi lebih penting dan dinamis dibanding sebelumnya. Manajemen biaya diharapkan tidak hanya bersifat tradisional yaitu penentuan harga pokok produk tetapi diharapkan menjadi informasi yang akurat dan relevan untuk pengambilan keputusan dan secara stratejik informasi manajemen biaya yang relevan merupakan bagian dari sistem yang dapat mengidentifikasikan faktor-faktor keberhasilan kritis perusahaan.
Informasi manajemen biaya melibatkan informasi yang bersifat keuangan ataupun non keuangan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Informasi ini dibutuhkan para manajer untuk mengarahkan perusahaaan kepada keunggulan kompetitif yang berkesinambungan. Informasi manajemen biaya dibutuhkan setiap fungsi manajemen sebagai manajemen stratejik, perencanaan, pengambilan keputusan, pengendalian manajemen dan operasional serta penyusunan laporan keuangan.
Untuk mengimplementasikan strategi perusahaan dan untuk membantu pencapaian keberhasilan tersebut, teknik manajemen kontemporer salah satunya dengan menggunakan sistem activity based costing untuk memperbaiki perencanaan, penentuan harga pokok produk, pengendalian operasional dan manajemen. Sistem activity based costing digunakan untuk meningkatkan akurasi analisis biaya dengan memperbaiki cara penelusuran biaya ke objek biaya. Dengan teknik ini akan membantu manajemen mengidentifikasikan pemicu biaya (cost driver) pada setiap aktivitas yang menambah nilai dan mengeliminasi timbulnya aktivitas-aktivitas yang menyebabkan pemborosan.
Dalam penentuan harga pokok produk perusahaan manufaktur, biaya yang dibebankan terdiri atas biaya produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung. Biaya produksi langsung merupakan biaya produksi yang secara langsung dapat dibebankan kepada produk yaitu biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Sedangkan biaya produksi tidak langsung tidak dapat dibebankan langsung kepada produk yaitu biaya overhead pabrik. Untuk itu diperlukan alokasi yang akurat atas pembebanan biaya overhead pabrik agar dapat menggambarkan ukuran biaya yang terjadi sesungguhnya. Pemilihan alokasi biaya juga harus didasarkan atas hubungan sebab akibat yang paling dapat dipertanggungjawabkan.
Dalam akuntansi biaya tradisional (traditional costing), biaya overhead pabrik dialokasikan berdasarkan unit atau “volume based measurement” misalnya jam tenaga kerja langsung, jam mesin ataupun unit bahan baku yang digunakan. Meskipun traditional costing dapat mengukur secara cermat sumber daya yang dikonsumsi produk sesuai dengan jumlah unit dari setiap produk yang dihasilkan, tetapi banyak sumber daya lain yang secara tidak langsung diperlukan dalam proses produksi (misalnya sumber daya penunjang) yang tidak berkaitan langsung dengan volume fisik dari unit-unit yang diproduksi. Distorsi atas pengalokasian biaya overhead pabrik ke produk akan menimbulkan kesalahan dalam penentuan harga pokok produk ataupun harga jual serta pengendalian biaya.
Activity based costing system melaporkan biaya produk lebih akurat dibandingkan traditional costing. Pengendalian biaya dilakukan melalui penyediaan informasi tentang aktivitas yang menjadi penyebab timbulnya biaya. Prinsip pencatatan biaya dalam activity based costing dengan membebankan seluruh biaya ke aktivitas kemudian dialokasikan kepada output (cost object). Pembebanan kepada output dengan menggunakan ukuran yang mencerminkan aktivitas yang dikonsumsi oleh setiap output (cost object) tersebut.